Every
weekend is an adventures. Minggu (12/04/15) Kita
beredar mengitari wilayah Kabupaten Bandung Barat. List destinasi
travelling kita cukup banyak, namun yang fix kita pilih adalah stone
Garden, Gua Pawon, dan Waduk Saguling. One day trip di Kabupaten Bandung Barat.
Gue bareng sma anak PKL kantor yang unyu-unyu menyebalkan (*eh) maklumlah anak-anak SMA. Rombongan terdiri dari 8
orang, 4 motor. Gue, Deni, Tina, Adit, Pe'i, Gera, Kiki dan Dede.
Jam
07.00 Kita cuss berangkat dari Bandung menuju Padalarang, karena destinasi
pertama kita adalah stone Garden, sebuah lokasi yang mudah ditemukan. Untuk
menuju lokasi ini yang berada di Desa Gunung Masigit Kec. Cipatat Kab Bandung
Barat, patokannya dari persimpangan tagog apu antara arah Cipatat dan
purwakarta, terus ambil arah kiri (lurus) menuju Cipatat. Sekitar 4 km tinggal
lihat ke arah kanan terdapat plang yang menunjukkan letak stone Garden. Setiba
disana kita mengisi buku tamu dan dikenakan biaya masuk sebesar Rp 3.000,-
Untuk mencapai ke puncak bukit harus hiking ke bukit sekitar 30 menit, setelah
sampai bukit kita langsung foto2 sindir-menyindir dan saling mengejek bareng.
![]() |
| Landscapenya kira2 seperti ini. kalo naik ke puncaknya bakal lebih unik lagi |
![]() |
| Stay strong! |
Next kita menuju ke destinasi kedua yaitu Gua
Pawon, sekitar 1 km jaraknya dari Stone Garden. Lokasi Goa Pawon Berada di Kp
Giri Mulya, tepatnya di kaki Bukit Stone Garden. Jika kamu dari Stone Garden
gak mau bayar biaya masuk dan parkir lagi, bisa ambil arah jalan setapak dari
pinggir warung-warung setelah turun dari Stone Garden, cuma jalannya bisa
memakan waktu 40 menit-1 jam dengan trek lumayan melelahkan bagi yang
kurang suka hiking. Tapi kita pengen simpel aja dengan mengambil jalan reguler yang
harus kembali ke jalan raya, lalu arahkan kendaraan kamu ke kanan dari
jalur keluar Stone Garden, sekitar 1 km patokannya di sebelah kiri ada rumah
makan Setuju, lewat 200 meter lihat kanan ada gapura hitam bertuliskan
"SELAMAT DATANG DI GOA PAWON". Setiba di Gua pawon kita langsung ke area gua dan tak lupa juga mengambil beberapa foto biar kekinian. Di Gua
Pawon kita banyak menemui empunya Batman alias kalong/kelelawar dan monyet2
liar namun ramah bagi manusia, juga sebuah fosil peninggalan manusia purba yang
menjadi icon utama area wisata ini. Kemudian kita istirahat dan makan bersama
di bale riung.
![]() |
| Here We Are |
![]() |
| lorong yang mesti kita laluin gaiss |
![]() |
| fosil purba |
![]() |
| Jendela Goa?? hmm |
Lepas Shalat Dzuhur kita berencana ke
Saguling kan, namun karena sewaktu otw pergi tadi terbuai oleh Plang (petunjuk
jalan) "Curug Malela" di persimpangan Cimahi, ples masih banyak
waktu, rencana berubah menjadi ke Curug Malela. Baiklah, anggap saja Gue lagi
curhat ya...
Awalnya memang Gue sama Deni pengen banget ke Curug Malela mengetahui pesona 7 Curugnya yang terindah di Bandung juga disebut-sebut sebagai Little Niagara waterfall Van Java, hmm keren kan! Kalo liat di salah satu situs blog sih perjalanan kesana cukup lama, memakan waktu maksimal sekitar 3,5 jam sekali jalan. Dan treknya pun katanya sih luar biasa. "Ah Teh, gak akan lama ko disananya, cuma sekedar foto2 doank lah asal cepet aja jalaninnya." kata Deni yang sok iyeh.
Yaudahlah ya kita otw ke sana. Tanpa pikir panjang kita hajar semua petunjuk arah ke Curug Malela, mulai dari Persimpangan Cimahi, Batujajar , Cililin dan sekitarnya. 40 menit berlalu dengan jarak 15 km kita dijalan bertanya2 dimana letaknya berada. “kata Bapak tukang tali rapia mah masih 40 kilo lagi. Sekarang mah gancangan lah jalannya, biar cepet nepi.” Deni yang telah gue daulat sebagai komando bilang suruh cepet-cepet agar bisa meminimalisir waktu perjalanan. Maka dari itu kita mengendarai extra-fast berharap perjalanan ini lekas berakhir di tujuan dengan target 1 jam. Namun di Penunjuk arah terakhir ke Curug Malela, sebelum memasuki daerah Gunung halu kita disuguhi hujan. Ketika memasuki area perkampungan kita ngetem dahulu di Alfa mart, Gue terpaksa nge-jablay tuker bonceng karena kasian Pe'i kurang nyaman dibonceng Adit. Tak lama hujan reda kita lanjut kembali, kini modal kita hanya bensin seadanya. Di setiap persimpangan desa Sindang Kerta ini kita terus bertanya dan berkali2 dijawab “Tebih keneh jang, sekitar 2 jam deui.” Aduh Masaallooh kacau ini asli… Gue terdiam sejenak sambil mencak2 “Yaalloh udah ke jonggol gini! di ujung dunia sugan mah Dit, puguh2 ke Prancis sekalian, tua dijalan.” Mau gak mau kudu lanjut ini. Sejauh ini sudah tidak ada plang penunjuk arah ke Malela, kita memasuki di desa Gunung Halu. Kali ini Gue dan Adit berada di urutan pertama, jauh dari mereka-mereka.“Curug Malela mah wah jauh neng, 20 kilo lagi lah. jam 5 bisa sampenya juga” Alaaaaah Gusti… semakin patah arang saja hati ini, Curug Malela beserta plang-palng nya ternyata cuma PHP.
Setelah semua menyusul, “Udah lah teh lanjut we, udah kagok lah bentar lagi da yakin!” Deni tetap pada pendiriannya, sepertinya otaknya lebih keras daripada baja. Sementara yang lain telah mengeluh dan prustasi kayaknya, tapi kita menuruti kemauan Deni, bocah yang hari esok berulang tahun. Ngarep nantinya kita akan diteraktir meskipun dapet ngutang. Jalan licin berlubang2 tak bersahabat karena kenalan pun belum, sepertinya kita mesti punya keyakinan lebih bakal selamat sampai disana. 1 jam berlalu kita telah berada di Desa Buni Jaya. Coba kalian bayangkan sudah mencapai awan, turun lagi kehutan, bukit lagi, pinggiran hutan, lanjut jurang2 begitu dan seterusnya. Ya dingin, lapar, jomblo, ah ripuh jendral... betapa lelahnya perjalanan menuju kesini. Kata warga sana Malela sudah dekat, 1x belokan lagi sampe (asiiik), tapi ya Tuhan… eeemh, udah 5x belokan ada yang bilang 8 km lagi #jleb. Sajian Berikutnya adalah ujung desa Buni Jaya komplek PT Perkebunan Nasional VIII di Kecamatan Rongga perbatasan Cianjur. "Gella gais… perbatasan Cianjur dooong..!!” Ngenes Gue. Lebih parah lagi karena jalan di tengah hutan ini sudah amit-amit, memaksa pengendaranya untuk tikusruk berjamaah. Memang benar, kita semua masuk kedalam perangkap sepanjang jalan ini. Motor kita terpeleset-peleset, masuk logak, dan terjebak di ruang nostalgia, ah sad… warga sekitar menatap nanar jelas ke arah kita yang terlihat lusuh sudah.
Akhirnya di jam 16.51 kita tiba di pintu masuk Curug Malela tepatnya di Kp Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kab. Bandung Barat. Namun akses terakhir menuju curug harus kita lalui dengan berjalan kurang lebih 1.5 km/1 jam melewati jalan setapak. “Sumpah, gak mau kadua kalina kadieu da… mending ka santolo sekalian.” Kiki & Dede sepertinya kecewa. Karena telarut sore Pe'i meminta pulang dan tanpa pikir panjang lagi kali ini Deni nurut “Teh pulang we lah kalo jauh gitu mah yuk...” Ujar Deni dengan polosnya. Sontak semua sewot "dari tadiii jomblooo!!". Tina yang dibonceng Deni pasrah pada keputusan kita semua mau gimana nantinya, mukanya pucat seperti para pemain GGS. “Kan Gue udah bilang dari 20 kilo yg lalu, kita balik ajaaaa, dasar malela!” Mendengar itu fix kita memberi julukan baru kepada Deni yaitu (si Malela).
Awalnya memang Gue sama Deni pengen banget ke Curug Malela mengetahui pesona 7 Curugnya yang terindah di Bandung juga disebut-sebut sebagai Little Niagara waterfall Van Java, hmm keren kan! Kalo liat di salah satu situs blog sih perjalanan kesana cukup lama, memakan waktu maksimal sekitar 3,5 jam sekali jalan. Dan treknya pun katanya sih luar biasa. "Ah Teh, gak akan lama ko disananya, cuma sekedar foto2 doank lah asal cepet aja jalaninnya." kata Deni yang sok iyeh.
Yaudahlah ya kita otw ke sana. Tanpa pikir panjang kita hajar semua petunjuk arah ke Curug Malela, mulai dari Persimpangan Cimahi, Batujajar , Cililin dan sekitarnya. 40 menit berlalu dengan jarak 15 km kita dijalan bertanya2 dimana letaknya berada. “kata Bapak tukang tali rapia mah masih 40 kilo lagi. Sekarang mah gancangan lah jalannya, biar cepet nepi.” Deni yang telah gue daulat sebagai komando bilang suruh cepet-cepet agar bisa meminimalisir waktu perjalanan. Maka dari itu kita mengendarai extra-fast berharap perjalanan ini lekas berakhir di tujuan dengan target 1 jam. Namun di Penunjuk arah terakhir ke Curug Malela, sebelum memasuki daerah Gunung halu kita disuguhi hujan. Ketika memasuki area perkampungan kita ngetem dahulu di Alfa mart, Gue terpaksa nge-jablay tuker bonceng karena kasian Pe'i kurang nyaman dibonceng Adit. Tak lama hujan reda kita lanjut kembali, kini modal kita hanya bensin seadanya. Di setiap persimpangan desa Sindang Kerta ini kita terus bertanya dan berkali2 dijawab “Tebih keneh jang, sekitar 2 jam deui.” Aduh Masaallooh kacau ini asli… Gue terdiam sejenak sambil mencak2 “Yaalloh udah ke jonggol gini! di ujung dunia sugan mah Dit, puguh2 ke Prancis sekalian, tua dijalan.” Mau gak mau kudu lanjut ini. Sejauh ini sudah tidak ada plang penunjuk arah ke Malela, kita memasuki di desa Gunung Halu. Kali ini Gue dan Adit berada di urutan pertama, jauh dari mereka-mereka.“Curug Malela mah wah jauh neng, 20 kilo lagi lah. jam 5 bisa sampenya juga” Alaaaaah Gusti… semakin patah arang saja hati ini, Curug Malela beserta plang-palng nya ternyata cuma PHP.
Setelah semua menyusul, “Udah lah teh lanjut we, udah kagok lah bentar lagi da yakin!” Deni tetap pada pendiriannya, sepertinya otaknya lebih keras daripada baja. Sementara yang lain telah mengeluh dan prustasi kayaknya, tapi kita menuruti kemauan Deni, bocah yang hari esok berulang tahun. Ngarep nantinya kita akan diteraktir meskipun dapet ngutang. Jalan licin berlubang2 tak bersahabat karena kenalan pun belum, sepertinya kita mesti punya keyakinan lebih bakal selamat sampai disana. 1 jam berlalu kita telah berada di Desa Buni Jaya. Coba kalian bayangkan sudah mencapai awan, turun lagi kehutan, bukit lagi, pinggiran hutan, lanjut jurang2 begitu dan seterusnya. Ya dingin, lapar, jomblo, ah ripuh jendral... betapa lelahnya perjalanan menuju kesini. Kata warga sana Malela sudah dekat, 1x belokan lagi sampe (asiiik), tapi ya Tuhan… eeemh, udah 5x belokan ada yang bilang 8 km lagi #jleb. Sajian Berikutnya adalah ujung desa Buni Jaya komplek PT Perkebunan Nasional VIII di Kecamatan Rongga perbatasan Cianjur. "Gella gais… perbatasan Cianjur dooong..!!” Ngenes Gue. Lebih parah lagi karena jalan di tengah hutan ini sudah amit-amit, memaksa pengendaranya untuk tikusruk berjamaah. Memang benar, kita semua masuk kedalam perangkap sepanjang jalan ini. Motor kita terpeleset-peleset, masuk logak, dan terjebak di ruang nostalgia, ah sad… warga sekitar menatap nanar jelas ke arah kita yang terlihat lusuh sudah.
Akhirnya di jam 16.51 kita tiba di pintu masuk Curug Malela tepatnya di Kp Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kab. Bandung Barat. Namun akses terakhir menuju curug harus kita lalui dengan berjalan kurang lebih 1.5 km/1 jam melewati jalan setapak. “Sumpah, gak mau kadua kalina kadieu da… mending ka santolo sekalian.” Kiki & Dede sepertinya kecewa. Karena telarut sore Pe'i meminta pulang dan tanpa pikir panjang lagi kali ini Deni nurut “Teh pulang we lah kalo jauh gitu mah yuk...” Ujar Deni dengan polosnya. Sontak semua sewot "dari tadiii jomblooo!!". Tina yang dibonceng Deni pasrah pada keputusan kita semua mau gimana nantinya, mukanya pucat seperti para pemain GGS. “Kan Gue udah bilang dari 20 kilo yg lalu, kita balik ajaaaa, dasar malela!” Mendengar itu fix kita memberi julukan baru kepada Deni yaitu (si Malela).
| Pintu masuk utama |
Semua personil sudah di kepo-in ortunya
terutama Savitri alias Pe'i. Dan keputusan mufakat, kita pulang di trek yang
sama, badan kita sudah anclog-anclogan layaknya sedang off-Road. Disela mengisi
bensin, Kiki temen deni bertanya apakah ada jalan lain menuju Bandung, ternyata
tidak ada. Tapi Deni kembali meng-komandoi kita katanya lebih baik ambil jalur
Ciwidey di pertigaan depan, selain jalannya bagus juga lebih cepat. Si Ibu penjual bensin pun
meng-iya-kan pendapat Deni. Katanya orang sini juga gak mau lagi-lagi kesana, kapok
dengan jalan 2 jam menuju curugnya. Kata si Ibu kita diharuskan berhati2 karena
“Curug Malela mah aya peletna!”. Di perstigaan Desa Gunung Halu kita
langsung ambil jalan ke Ciwidey, belum apa2 sudah nemu jalan berbatu lagi, ih
nyebelin. 40 menit berlalu menjelang magrib kita istirahat di sebuah mesjid dan
pipis bergantian, rumah warga pun hanya beberapa lah. Karena semua merasa
lapar, kita membuka bungkusan yang dihibahkan si Ibu baik hati di Gua Pawon
tadi, isinya bala-bala dan goreng ketan ditambah goreng tahu yang
gue bawa, makanlah apa adanya dari pada ngoet. Karena Adzan tak kunjung
berkumandang kita terpaksa lanjut, katanya sih ke kota Ciwidey masih lama
banget. Lewat magrib di tengah hutan boro2 nemu mesjid yang ada hanya jalan
ajul-ajulan, kepeleset-2 terutama motor gera sama Gue. Entah mengapa kita
serasa terus berputar2 di sini, ngarep ada lampu2 rumah warga karena langit
gelap dan sangat menakutkan, lebih serem lagi kalo-kalo sampe kenalan sama begal (-_-).
![]() |
| Sumber: blog orang |
Pukul 19.07 Alhamdulillah sedikit lega
akhirnya nemu perkampungan juga, kita beli bensin lagi. Katanya ke Ciwidey
sekitar 1 jam lagi. Yaalloh kenapa ini, kok gak nyampe2. Kiki menyadari kata2
si Ibu penjual bensin tadi, ada kemungkinan kita dijauhkan perjalanannya. Gue jadi
ikut mikir memang Tuhan lagi ngehukum kita karena menyepelekan perjalanan yang
bisa dibilang maksain ini. Sontak Kiki dan Deni mengutarakan soal kejadian yang
mereka alami, mereka mendengar suara gemerisik aneh saat melewati hutan, namun
Tina menyeruak agar tak menceritakan saat begini. Dede sama Gue sih bukan takut sama hantu, tapi
takut sama Mamang begal. Seketika yang lain pun pada curhat. lanjut jalan, bismillah... Eh kok motor Adit & Pe'i mendadak
jalan sendiri padahal udah di rem, lampunya juga meredup gitu?! Motor Gera & Gue
rantainya tiba2 kendor dan bunyi2 berisik seakan mau copot, malah sering
kepeleset, takut kenapa2 pas tancap gas waktu nemu motor tak berpengendara di
pinggir hutan tadi. Pasang ancang-ancang... 1,2,3... GASSPOOOL...!!. Kita semua pasrah pada Yang Maha Kuasa agar diselamatkan
dalam petualangan ini, Gue ga berenti2 komat-kamit baca Ayat Qursiy'. Hutan lagi, jalan gote lagi, ketakutan lagi. Ya Allah
yarobi, ini jalan kok gak habis2, tobat teuing Yaallah kita telah menyepelekan
perjalanan ini sebelumnya. 1,5 jam kemudian kita mengucap syukur, karena keluar dari perangkap hutan. Sampai di Ciwidey berhenti di
Alfamart sejenak dan ngopi-ngopi. Kita semua menyadari perjalanan di hutan tadi
seolah2 kita habiskan hanya sia-sia di jalan yang tak kunjung menemukan
titik untuk ke kota. Lanjut lagi menuju arah Bandung kota. Deni yang
merasakan keram pada kaki kananya mengharuskan kita berhenti.
![]() | ||
| Lewat Isya, Liat jalannya aja udah pegelll (sumber blog orang :D) |
“ Makanya Den, Kamu kudu tobat tong sompral
apalagi ngeremehin gitu daritadi kan.”
"Ngomong naon atuh teh lah, kebetulan aja
emang kelamaan dijalan.” Yah... Kita emang sering berantem ceria.
30 menit kita hanya menemukan Plang arah ke Padalarang-Cihampelas dan Cililin-Batujajar. Begitu dan seterusnya, di akhir plang menuju arah Cililin-Batujajar-Gunung Batu. Kiki dan Gue heran berkepanjangan kenapa hanya plang itu yang ada. Plang Bandung kota kok gak ada? Why? “Eddaan ini mah balik lagi weh ka Curug Malela jalan teh..!” Kita seolah dikembalikan ke jalur arah Malela mengetahui kita tidak jadi masuk ke curug. Intinya selama perjalanan kita tidak boleh sompral dan menyepelekan. Kita menemui tukang martabak yang menyatakan jalur arah Bandung terlewat 10 kilo. Kita balik menuju arah yang benar, meninggalkan arah kab Bandung Barat. 30 menit kita lalui dengan kecepatan 80 km/jam tanpa keluh kesah mesti pant*t ini sakit luar biasa karena menghajar lobang2 jalan. Pukul 21:56 sampailah di perempatan kopo. Jika dihitung-hitung waktu yang kita habiskan PP adalah 9 jam. (bhayangkhan!).“Ternyata beneran kata penjual bensin tadi soal pelet Curug Malela gening Teh, pantesan asa teu nepi-nepi” Kiki mengulas kembali. Sejenak merenung bersama. Disela merasakan kesakitan kita semua tersadar untaian peristiwa tadi dan Alhamdulillah setidaknya Do’a-lah yang membuat kita selamat. Namun efeknya kita semakin penasaran akan pesona Curug Malela, ya mungkin peletnya bener2 kena (mungkin). Esok harinya Pe'i bilang "Pak Ustad deket rumah bilang salah satu dari kita ada yang ketempelin Mak Lela, untungnya bukan aku Teh." OMG, siapa??? Yah, semoga suatu hari nanti kita dapat Tadzabur kesana dengan mempertimbangkan segala hal dan persiapan tentunya.
Semua tempat pasti mempunyai histori tersendiri yang tidak kita ketahui, maka dari itu berprasangka baiklah saat berada di kampung orang, juga disarankan agar tidak menunda atau meninggalkan kewajiban beribadah seperti yang kita alami. Tuhan meyertai setiap langkah kita akan tetapi jika kita tidak ingat pada-Nya, Tuhan menghendaki apa dan siapapun yang telah mengingkari-Nya. Sebagai pembelajaran. Kita semua tidak akan kecewa berkepanjangan akan hal ini karena keselamatan diri ada pada kendali kita sendiri.
Selamat
mencoba dan keep carefully!
--------------------------------------------------------
Trip
dan cari barengan, chat me!
WA:
08987873437
PIN:
5B05063E











