Monday, November 24, 2014

PLAGIAT!

“Reisa,  aku ga bisa bohongin perasaanku, yang sebenarnya memendam rasa suka sama kamu. Reisa, kamu mau jadi pacar aku?”
“(senyum lebar nan manis). Iya Fariz, aku… aku mau jadi pacar kamu…”
Apa! Apa Gue ga salah? Fariz bener-beneran suka sama Reisa, dan barusan gue nyaksiin sendiri dia ngungkapin perasaannya… ini jahat!  JAHAAAAAATT!!
Siiuungg… PLAKK!!
Serangan sebuah spidol dari sang dosen terfavorit yang terkenal dengan sebutan “Mr Hittler” dan selalu membuat tegang seisi kelas pun kerap menyapa Gia dengan senjatanya
 “Aduu gaswat, Gue ketiduran di kelas lagi!!”
Ga bisa dipungkiri, semua terasa membingungkan seakan ribuan semut gatal menyerbu tanpa ampun. Gia bisa apa ngadepin si cewek rempong itu. Dulu memang Essa pernah disukai oleh pacar Gia tepat sebelum mereka jadian, tapi Essa nolak Fariz berkali-kali entah karena alasan apa. Mungkin karena dia kurang ganteng, kurang bersih, kucel dan… yah Gia tau banget itu.
Dalam benaknya ia menyelami sebuah fase dimana hubungannya dengan Fariz mengalami goncangan kecil. Seperti ada upil jahat yang sulit untuk dicongkel. Hatinya larut dalam rasa goyah disisi lain Gia amat mencintai Fariz, takut kekasihnya itu menyukai cewek lain, siapa lagi kalau bukan Essa. Baru-baru ini Fariz sering menanggap kiriman Echa di Facebook. Betapa tidak Gia merasa jengkel.
Meskipun Gia tahu cowoknya itu hanya seorang pria yang gak peduli dengan penampilangnya, sangat bertolak belakang dengan dirinya. Tapi di sisi lain, Fariz mempunyai pesona yang unik dimata warga kampus. Sifat ‘nyeleneh’ dan  gilanya yang menarik perhatian semua orang. Tak sedikit cewek yang meliriknya.
 “Mimpi tadi…di mimpi itu gue nyaksiin dengan mata kepala gue sendiri kalo cowok gue si Fariz tu nembak Essa.” gumamnya berbisik pada dirinya sendiri.
“Hahaha.. lucu…” sambung Jois. “Semuanya tergantung sama Elu Gi, bukan sama mimpi!”
“Huuh. Selalu saja! nyebelin. Gue kesel, pengen makan ayam bakar. sepuasnya!. girls buruan cabut!…” Ucapnya garang.
 “Eh Gi, itu liat, Essa…” Lontar Mel dengan olah kaget.
Di depan kelas ruang Z.3 nampak seorang cewek tinggi semampai sedang bercakap ria dengan teman-temannya. Dipandangi Gia dengan penuh teliti, matanya hanya memandangi satu objek saja, tak kedip dan menyorot dengan perasaan risau. Pantas saja, sepatunya Essa terlihat sama persis dengan yang Gia kenakan sebelunya. Ketika cewek itu menoreh ke arah Gia dengan tatapan sinis dibalik kaca mata  capungnya, seketika itu pula Gia menghindar dari pandangan Reisa, cewek yang pernah di sukai Fariz, kekasih Gia. Dengan langkah cepat Gia melewati beberapa kelas dan terdengar suara ankle boots-nya yang nyaring menapaki tiap-tiap tangga menuju keluar gedung Z.

***
Isma, Jois, Mel, Indira
          Mayoritas warga Fakultas  tahu bahwa Gia adalah gadis yang cukup unik dalam style. Tak sedikit cewek yang seolah mengikutinya dalam berpakaian ataupun jilbab, meskipun yang Gia kenakan bukan barang baru, mahal ataupun bagus. Tapi seorang Gia selalu do things differently, itu yang menjadi ciri khas baginya. Gia teringat dengan ucapan Epul ‘miss fashionable’. Itulah dia.
“Hey!Udah lah Gi jangan dipikirin”
“Hahh Indiraaa. Dia niru hampir 100% apa yang gue pake. Maksudnya apa coba?”
“Iya dira tau kok Gi. Dia kaya gitu tu karna…”
“Karena dia ga mau kalah dan pengen ngerebut perhatian Fariz dari Lo! Tampang sih boleh Lo menang, tapi mungkin dia ga punya sifat yang orang ga suka dari Lo.. ” Jois menyela sigap.
“En’ dia sekarang udah jawab tantangan kamu soal ‘jadi model jilbab' Meski cuma sekali pemotretan. Berarti... dia emang pengen nyaingin kamu Gii.” Tambah Indira memperpanjang.
“Ou Ou. Berarti dia kaya kebakaran jenggot waktu itu panas tau gue pajang status nantang gituan."
"Tapi sekarang Elu yang kebakaran jenggot...!" Jois meneruskan ocehannya
"Lu berisik tau!!” Gia mulai memasang ekspresi macannya.
“Hmm… Selalu saja.” Gia melongo menatap sebuah cermin yang terpampang di dinding kamar kost-an Jois. Menganggap seolah dirinya selalu dibanding-bandingkan.
“Tapi gue yakin meskipun Fariz ada dikiiit rasa suka sama tu cewek, dia ga bakalan suka sama plagiator Gi, percaya deh sama gue.” Tegas Jois.
           Sebatang coklat mungkin ga bisa mengatasi carut-marut pikirannya kali ini. Ga bisa di biarkan kondisi seperti ini bisa membuat Gia terus merasa terganggu. Reisa mulai sengaja ingin menyaingi Gia. Tentu saja menurut Gia adalah suatu kecaman yang membuat kondisi menjadi semakin sensasional. Mana boleh penampilannya meniru Gia, apa maksud dari yang dia lakukan sekarang? Bukankah dia ga suka dengan Fariz maka dari itu dulu ia menolak berpacaran dengan Fariz yang kini dengan mudah diambil alih oleh Gia.

Dulu Winda yang disebut-sebut punya kesamaan dalam style gue, bahkan gue suka minjemin assesoris. Putri mantan seminggunya Fariz, Meskipun dia ada sedikit kesamaan asesoris yang kita pake tapi ada aja orang yang suka bandingin karena dulu kita sering nongkrong pulang kampus. Dian, cewek kampus yang pertama kali di tembak Fariz yang ngikutin cara berjilbab dan sepatu gue, tapi kita teman baik dan suka sharing soal berjilbab. Lalu mantannya Fariz yang namanya Chika, sepatu boots kita sama tapi dia bersikap baik sama gue. Ada satu lagi mantan dia yang punya panggilan sama kaya gue.. tapi tak masalah dengan semua itu. sama sekali engga. 
Sekarang cewek satu  ini, dari mulai jilbab, sepatu, asesoris, foto-foto di Facebook yang mulai pamer gaya jilbab dia, ngikut jol-shop ini-itu lah, bahkan sekarang ngikut-ngikut pake sepatu ankle boots. Di Facebook aja bikin status “Orang lain bersandiwara, Gue apa adanya!” Jaah apa adanya Elu mah ngikutin orang. Freak. dasar Plagiator!! Apa Gue mesti datang ke hadapan dia, lalu bilang “Berhenti mengikutiku!” itu konyol, mana bisa begitu. Gue masih waras.

“Eh sms dari si dodol: ’Sayang lagi dimana? Udah selesai kuliahnya? Aku tunggu di tangga ya sayang’.. ”
Gia langsung menemui  Fariz untuk pulang bersama. Berharap tidak ada wajah masam dan kata-kata mengecewakan.
“Jois, Gue cabut ya.. mie-nya tar gue bayar deh, bye..” Teriaknya berlari keluar kamar jois.

***
            Kali ini susana memang agak dingin. Gia tak bisa mengawali percakapan dengan Fariz jika tidak Fariz yang memulainya.
“Sayang kamu kenapa sih? Maraaah mulu bawaannya.” Fariz mulai membuka dengan canggung.
“Ga Tanya sama diri kamu sendiri? Mana bisa aku  ga apa-apa kalau kamu gatel sama Essa di Facebook. Like-like-an lagi. Kamu mulai suka lagi sama dia?”
“Soal itu? Udah, terus apa lagi? Cuma nge-like doank ko ga lebih. Itu pun aku ngelike status dia tentang mata kuliah.”
“Yaa itu kan tandanya kamu masih ada rasa sama dia, makin GR ntar dia. Kamu ga liat apa, dia tu sekarang makin menggila ngikutin semua yang aku pake! Jilbab, sepatu, bros, boots, foto-foto Facebook, aah semuanya deh. Maksudnya apa coba kalau bukan buat narik perhatian anak2 kampus terutama sama kamu terus bikin kita putus!”.
“Aku tau soal itu. Iya memang akhir-akhir ini dia terlihat pengen sama kaya kamu. Tapi jujur aku sama sekali ga tertarik sama dia dengan seperti itu, justru aku bangga sama kamu yang bisa bikin orang lain iri dengan apa yang kamu pake. Aku perhatiin orang-orang yang ngikutin gaya kamu, dari mulai Winda, Dian, Cika, bahkan temen-temen aku aja bilang kalo cewek Aku tuh bener-bener beda. Dan aku bangga.”
“Terus, soal si Essa?”
“Aku ga suka sama dia, bukan berarti juga aku benci. Aku ga suka karena dia ga jadi dirinya sendiri, aku ga suka cewek yang selalu ngikutin prinsip orang lain. Aku Cuma cinta dan sayang sama kamu... makanya jadi diri sendiri yang apa adanya.”

Ya, Gue sadar selama ini Gue selalu menganggap semua orang yang punya kesamaan sama Gue sebagai saingan. Ga seharusnya Gue kayak gitu. konyol juga padahal harusnya gue lebih 'down to erarth' ga peduli bakal bikin gue kalah atau menang dalam style karena ini bukan ajang kontes fashion show. Gue juga bukan anak orang kaya. Orang nganggap Gue selalu punya sesuatu yang baru pun gue seharusnya bersyukur. Gue ngerti apa yang dimaksud Fariz.

“Maafin aku sayang, aku terlalu nyimpulin apa yang aku pikirin soal…”
“Essa? Itu dulu sayang. Sekarang hanya ada kamu aja. Yang bisa melalukan apapun dengan lebih baik dan ngasih yang terbaik.”
Melakukan apapun dengan lebih baik? Maksudnya harus positif thinking sebelum menyimpulkan pikiran Gue. Ngasih yang terbaik berarti harus berpikir sebelum bertindak, ngelakuin hal yang ga merugikan orang. Apa itu?
Obrolan mereka pun tak berlangsung lama, seketika itu pula masalah cepat selesai. Tentu saja Fariz mendaratkan kecupan manis di kening Gia untuk meredakan emosi Gia, sekejap berubah tersenyum senang.

***
Esok hari…
Suasana Kampus.
“Cie.. cie… yang baru baikan…” sindir Indira.
“Nempel banget nih kaya nyang pake lem aibon” sambung Mey.
“Gue bilang juga apa, cowok itu pengen yang simple Gi.” Tambah jois yang tiba-tiba membisik dari belakang telinga Gia.
“Asseek, the best couple in our campus. Makin lengket aja kayaknya. Kenapa kaga dari kemaren-lemaren aja kayak gini?” Sambut salah seorang teman Fariz yang lagi pada nongkrong di dekat tangga toilet.
“Gia juga lebih fresh dari sebelumnya nih, dandanannya lucu, gue suka gaya Lo.” Ucap teman Fariz yang dijuluki ‘Bunda’ oleh teman yang lain.
“Gia ya tetep Gia, Miss Fashionable...” Lontar ulang Epul yang pernah diucapkan dulu.
“Kita cuma pengen cari sensasi aja soal kemaren, iya kan Dodol?” Dalih Gia dengan canda.
“Iya Pleu, kita kan artis yah?Bener gak gaiss haha” Tambah Fariz meyakinkan
Disela obrolan canda mereka, tanpa sadar ada seorang cewek yang memperhatikan Gia dan Fariz dibalik pintu kelas samping tangga, siapa lagi kalau bukan Essa. Sepertinya telah lama ia menguping gurauan mereka dan teman-temannya. Ketika Gia menoreh ke arah Essa, diikuti oleh semua temannya dan juga Fariz, dengan sigap Essa seolah salah tingkah lalu memalingkan muka dari hadapan mereka yang menatap dengan penuh cerca. Pantas saja, lagi-lagi gaya jilbabnya sama dengan yang Gia kenakan hari ini blowing out cut  dan memakai bros bunga dari kain flanel, juga ankle boots nya seketika seolah mendadak jadul  karena Gia dulu sempat memakai boots seprti yang Essa pakai. Sepertinya Essa merasakan kekacauan itu. hmm, well... bukan lagi urusan gue :) Finally Fariz dan Gia masih menjadi pasangan konyol yang sensasional.

Plagiator selamanya akan dipandang ‘second’. The winners do not different thing, but do things difeferently. Jangan mengkhawatirkan orang lain akan mengalahkan kita. Tapi so much go on! Jadilah kita apa adanya…

---Selesai---


Bandung 27 juni 2012

Friday, November 21, 2014

Cikuray pun bisa ngusir GALAU

 (Sebelum baca, harap siapkan cemilan, headset dan playlist dengan durasi 30 menit, anggap aja gue lagi curhat yess!)

Satu bulan sebelumnya...
"Neng kece mu ikut hiking ka gunung cikuray?”  Gue tau banget nih yg sms. Cuma si Kakak senior satu ini yang manggil dengan sebutan itu. Ini beneran hiking asli? syenangnyaaa... (Joget2 sampe lupa belum pake celana) :D

***
26-09-2014
Satu rombongan tanpa mengenal satu sama lain dipertemukan di sebuah kosan mungil kediaman Faiz, mahasiwa jurusan jurnalistik. Disana telah terdapat makhluk2 asing, terkecuali yang ngumpulin kita, A Ichsan. And well, nice to meet Risma, Mang Apip, Bustomi, dan Om Faiz, sementara abah Bachtiar duluan ketemu waktu jemput menuju Cibiru. Mereka-mereka, dengan membawa seperangkat alat mendaki yang dipack dalam sebuah carrier 60-100 Liter, sementara gue, bawa tas backpack 30 liter yang didalamnya terdapat alat make-up dan boneka nutnut (-_-). Obrolan akrab berlangsung detail saat Ema alias Risma berbagi cerita tentang pengalamannya ke Gunung Guntur dan Ciremai, aku mah penyimak setia we bari deg-degan karena jadi pendengar aja udah ngeri kayaknya. Ada makhluk berkumis, Angga yang gak ikut tapi ngoceh terus “Ai ke gunung teh biar apah? Biar keren? Atau apaaa?” gaya ngomongnya khas berulang2 dan raut muka minus 10 derajat tiisnya membuat kita tertawa dan kata2nya seolah menjadi tag line perjalanan kita Pertanyaan  soal "di Cikuray ada alfamart kan..?" dijawab sadis sama si Om Abah "Elu kira di gunung puntang sama Ranca upas ada begituan! haha". Gak gitu juga maksud gueeh hmm. Next. Total 7 orang (5 cowok dan 2 cewek). Segeralah kita  berangkat menuju Garut City.
Otewe Garuuut!! Risma, gue (vya) om abah, A ichsan
saat berangkat menggunakan bis, Abah turun duluan di Ci... apa lah lupa namanya, rencananya malem nyusul ke base camp. 20 menit berlalu sampelah kita di kebon tilu, Cigedug setelah Isya. ditawarin dulu makan sebelum goes to basecamp.“Aku mah gimana temen2 aja, makan hayu, gak makan laper. Hehe”. Beres makan kita bertemu dengan salah seorang guide jemputan namanya Kang Arief, lanjut ke basecamp di cigedug  -/+ 2 km dengan mengendarai kaki masing2 alias nikreuh. Tuh kan, nemu Alfamart. Tiba di Basecamp Tapak Geurot, desa Cigedug kita beristirahat, solat dan makan, banyak cowok2 disana yang jadi guide, sekitar 6 orang penghuninya. Awalnya kita mau menjajal trek malam tapi kurang memungkinkan, Si Abah gak ada kabar. Akhirnya fix pendakian dimulai pagi hari tanpa si Abah.
Trio GGS (ganteng2 setep) mulai hilang akal at basecamp (ngeri yah!)


 ***
CHORUS

27-09-2014
Tim awal kita terdiri dari 8 orang, 1 cewek galau, 1 cewek berotot kawat tulang besi, 3 personil trio GGS, 1 cowok yang sepertinya mencoba untuk mencari jati diri dan 2 power ranger Tapak Geurot Cigedug alias guide kita, kang Baits sm Bang Odiks. Sebut aja ini Tim OMG! Daaann jeng jeeng... Perjalanan dimulai! Dengan bermodal alfatihah, harapan sampai puncak dengan suka cita dan selamat sentosa, kita berjalan dan terus berjalan menuju trek awal yaitu perkebunan.
Tim awal nih (yang berjajar) Risma, om faiz, vya, bang odiks, kang arief bustomi, bang baits , mang apip, 1 lagi yang moto, a ichsan
Gunung Cikuray yang memppunyai ketinggian 2821 mdpl ini cukup menantang buat newbie kayak gw. Memang sih aman dan kedengerannya gak banyak rintangan, yaa keciiil laah kecilll. Sejatinya gue ini penakluk gunung  galunggung, dan beberapa rute jalan populer di bandung, khususnya jalan soekarno-hatta yang merupakan jalan terpanjang, ya kalo lagi galau aja sih atau mentok gak ada ongkos pulang ngampus, jalan adalah solusi paling ajiiib. Perkiraan yang asalnya gue anggap bakal sanggup tanpa keluh kesah yang berarti.
Tapi yaalloh ya Robbii...
Emh... Belum nyampe kebun aja gue mules liat jalannya, nafas ini serasa ibu2 mao lahiran pengen gigit aja ni aspal sekalian. Terus aja nanjak, yaa paling nggak kita nemu belokan2 datar Cuma 5 meter (-_-). Ini masih 1/8 jalan loh. Setelah berjalan 3 jam kita di pertengahan trek kebun nemu mata air satu-satunya di gunung cikuray inihh. Oke, yang penting gue masih bisa lincah riang gembira. Perkebunan yang berbukit2 dan beralaskan tanah berumput ini cukup menguras tenaga, bahkan sempat terpikir gue bisa gak sih lanjut sampe puncak? Cowok pemula sipencari jati diri, bang Apip, ternyata cukup setrong juga dia karena selalu tiba duluan bersama ranger di tiap pemberhentian.  Gue mah belon apa2 udah cemong, cape dikit selonjoran di rerumputan i feel free... syalalalala. Malah ditengah trek kebun itu gw udah ngemut2 gula merah yang kataBang Apip yang disinyalir bisa menguatkan stamina. Di trek ini  kita ketemu dengan rombongan pendaki lain, ada 1 cowok bawa tas lepek tergeletak di rumput, kagak tahan sama pasir yang bikin batuk2 sama sesek juga, sampe muntah dan dia bilang takut gak kuat. Emh Yaallooh cowok aja begitu, apakabar gue ntar? Ema si cewek jaka sembung itu selalu di urutan terdepan karena buat dia udah kagak asing lagi naek2 gunung beginian, gak kayak aku da... akumah apa atuh, hanya seutas tali kolor yang sekali dibetot langsung pegat :’( .
trek kebun, rerumputan dan tanah pasir, pegelnya tuh DISINI

Tak lama kita tiba di hutan yang merupakan trek 3D (dengkul ketemu dada ketemu dagu). Gimana gak dibilang begitu coba, emhh Gusti... ini yang kita panjat tuh tanah bercampur akar, bukan eskalator emol. Langkah kita setengah meter tiap selangkah naik. Tapi tak apalah, ini kan perjalanan cinta, yah betul, diharapkan dengan adanya perjalanan ini bisa ngobatin hati gue yang lagi ringsek. Lagi2 Masaalooh... SADIS gila makin liat tingginya trek, makin liat akar2 gede, batu dan sebagainya, makin mules aja gue, sepanjang jalan terus2an ijin buat kent*t aslinya, sampe jadi bahan leluconan ini aduhh. Tapi yang kent*tnya dahsyat sih si Bang Apip, tepat berkumandang depan muke gue. Aromanya itu, beuh... dari sabang sampe meroke! Pantesan aja dia melesat cepat menjajal trek, orang dia punya apolo 11. (Oke, lupain soal kentut!)

pusing di kentutin bang apip mulu
Kita bertemu dengan rombongan pendaki lain lagi, rombongan marawis SMA, ada juga rombongan yang bawa panci2 gueede, mau  mau kungfu cheff kali ah, atau warteg di puncak? Entahlah...  pokoknya macem2 lah keanehan pendaki yang diluar nalar. Gue iseng tanya mereka, ke puncak biar apa? Mau ngapain? Mereka jawab serius dan dengan pemikiran2 akademis mereka (ga penting banget padahal). Next, karena melihat gue yang mulai ngos-ngosan kecapean, Tak jarang dari kita berhenti 5-10 menit di trek ini karena ni kaki kalo gak di selonjorin berabe juga. Bustomi aja kakinya sedikit cedera padahal dia udah 3x kesini, bak kapten cheers berada paling depan. Efek bawa beban kali yah. Gak kerasa tangan gue ini lecet2 kegores duri2 taneman, hanjeeeh perihnya itu kayak ditinggal mantan hick :'(. Disela istirahat sejenak kita menikmati kentang rebusnya Ema. Lanjut di trek terpanjang ini. Gue saranin sih banyak2 istigfar aja, ya kalo sempet sih yasiinan juga boleh. 4/8 jalan kami habiskan bersama dengan boro-boro suka cita, balap2 nafas yang ada, tiap beberapa langkah kita berhenti. Pertanyaan soal "berapa lama lagi kita nyampe puncak?" berkali2 dijawab dengan "aaah, paling 2 jam lagi" dikira anak kemaren sore bisa dikibulin (-_-).

***

Masih semangat, saking semangatnya insiden tragis pun terjadi, langkah kesandung akar sampai terguling ke bawah yang tepat depan kepala tu batu gede bikin gw terpental 10 meter dari akar tadi. Film indiaaa kali ah guling2an segala gue aduh parah! Sontak 2 orang depan terjun kebawah buat bantuin. Bang apip yang kaget bener dia tau gw jatoh udah gak karuan deh bentuknya itu gimana, NGERI katanya. Emaaaakk, kaki gue susah banget digerakin, (kalo gini sih biasa di rumah, kebanyakan cingogo pas mau bediri kudu neken lutut dulu biar  kembali ke semula baru bisa bediri). Lutut sakit, Mang Apip masih siaga nahan kaki  kanan gue, A Ichsan memayang sambil duduk, Om faiz berusaha bantu ngurut, lurusin tapi entahlah sakit gila, gw sampe nangis karna gak tahan minta ampun. Rombongan lain yang lewatpun kena semprot amarah gw yg lagi meringis. Sempat Om fais sama A Ichsan nyuruh robek aja celana gw sampe lutut, ditakutkan uratnya bengkak. Om faiz berusaha buat bisa gendong tapi ternyata bebanku begitu berat hingga diapun tak sanggup melangkah untuk mikul badan gue inih... ya gue paksain aja jalan timpang kaki.
Noh trek nya... a ichsan aja begono! yehee tasnya dibawaiin bang odiks
Oh Tuhan, inikah namaya hidup penuh ujian dan rintangan? Gue terus mikirin itu soalnya beberapa orang bilang perjalanan ke gunung itu mencerminkan perjalanan hidup kita. (SKIP ceritanya). Setelah tiba di tempat peristirahatan yang agak layak( tapi sempit banget), pengobatan refleksi oleh Om Faiz ahli teraphy berlanjut meski diem2 kaki gue di tarik dilurusin ‘DREKK’ Aaaaaaaaarrrgghhh. Setelah itu alhamdulillah mulai bisa jalan perlahan tetapi pasti, gak nyangka gue cowok yang dikira same like a personil boyband ini ternyata jago urut juga (piss om pisss hehe). Oke sejauh ini kuat meski banyak tersaji tanjakan-tanjakan special yang masih najis tralala. Di 7/8 jalan gw mulai  sesek nafas sejatinya bernafas kala itu ibarat bernafas seminggu sekali dan jalan pun bisa dibilang di gusur. Beruntungnya gue dari semalem dipinjemin jaket sama A Ichsan, sama Abah juga sih, tapi yg lebih keren yg gue pake :D hehe. "kapan kita sampe puncak? nyebelin banget sih LAMA!" dan berkali2 pula dijawab "tuh itu awan, setengah jam lagi" gituuuu aja haben jawabnya teh bari gak nepi2, sebel gueh! Di Akhir trek berusaha kuat karena langkah demi langkah yang terengah di iming-imingi “tuh neng kita udah di awan, ayo #kuatkan kembali”.

Sampailah kita semua di puncak, tepat jam 4 sore meski urutan paling belakang. Merenung tertunduk dalam diam gue nangis haru juga, lebay? Bodo amat dah yang penting gue lega bisa sampe puncak, lelah terobati setelah A Ichsan ngasih buah apa tu namanya semacam arben gunung gitu. Enak loh ternyata. Di puncak itu udah kayak tempat pengungsian korban bencana alam, gilaaaaa banyak banget. Setelah selonjoran, selpi-guvi, makan mie, sementara Ema dan yang lain ngeburu sunset di pos puncak, gue mah udah lah tidur aja yang sakit mah. Jam 18.00 ada rombongan susulan, 1 orang cewek narsis namanya Leli, 1 cewek ganteng jadi2an (piss) namanya Army, 1 cowok berparas garang berhati hello kity namanya bang Ojan dan 4 ranger kece badai uhlala chaubella namanya bang Rey, bang Abdul, Bapak Al Hipni, dan Kang Arif. Bersatu padulah kita selama di puncak. 
gruvi aksi riang gembira sampe puncak. Risma, Gue, A Ichsan (jelek banget sumpah)

Makin dingin makin mules, sorry2 aje nih yg di tenda cewek kalo nyium bau2 sesuatu gitu, he. Tengah malam asma gw kambuh, tapi setelah stuck berapa lama alhamdulillah sembuh juga dan bisa bernafas lagi. Disini gue ketemu personil Kerispatih juga, si Om Abah yang sempat keluar dari pasukan resah tim chibi2 OMG. Malamnya kita berdendang ria tak lupa seraya mengucap syukur kepada Allah ta’ala karena sampai ke puncak dengan selamat dan hati riang gembira, disela sela api unggun ternyata ada abang baik hati  membawa jagung yang siap di panggang di kerumunan api, nikmatnya ngalahin kentang rebus tadi pagi loh ini. Ibarat makan steak di Karnivor, hmm lezaat deh pokonya mangstrab. Hasrat gue yang sejajalan mules2, kesampean juga pas dini hari. Duh, kepaksa kudu gali lobang dongs ini, golok mana golok??? Untungnya ada si Cewek ganteng Army mo bantuin. Aduh sebenernya malu sih ngomongin soal Pemupukan ini, katanya gak fair kalo kaga diceritain ntar orang2 dalam cerita ini pada demo ke gedung DPR (-_-).
trio jonggoool. cheff cemal cemil malam


ini pasien2 nunggu jagung bakar


***

28-09-2014

Esok harinya tepat setelah shubuh, kita bergegas ngeburu sunrise. Ternyata ya Tuhan... Sunrise aslinya tu lebih mempesona dibanding kalo liat di tipi , dipinggir2 gue ini awan mengombak, widiih machiato float di Bober Cafe juga kalah edan sama ini mah. Gw juga ketemu makhluk astral dari kampung sono, temen kelas gue si Juma. Emang sih awalnya dia ngajak terus ke gw buat bareng tapi takut kaga jadi. Ketemu juga sama temen2 KPI lain, anak2 FREE FILM dan juga PSM. Pokoknya, omaigaatt... ini puncak berasa di pasar, atas pos gedung tuh kayak orang2 lagi pada demo bawa bendera partai masing2, desek2an pula. Apa perlu puncak ganti namanya jadi PASAR CIKURAY? Pan gak kece! Ah tak berlama2 pagi itu karena pengap, akhirnya pulang ke tenda, lanjut masak sarapan tak lupa aku kasih sedikit sumbangan makanan kepada kaum dhuafa, rombongan si juma lima2nya kaga bawa makanan.
Mang apip so cool

We at PASAR CIKURAY 2821 mdpl
Siangnya kita lanjut foto2 di puncak, gadein cowok2 kampret kesampean, berasa banget bangganya ibarat dapet juara 1 selama gak naik2 kelas waktu SD. Selain itu si Om Abah juga cerita soal perjalanan malam yang ia hadapi, hmm bilangnya sih udah gak asing ke sini mah eh taunya dia cerita kalo malem sempet gempor kakinya kedinginan pula, keputus asaan pun menghampirinya hingga akhirnya iapun curhat sama tangkal (pohon), lalu dia teringat ada aku yang dengan semangat menggebu optimisme yang tinggi dan tekad menggeliat akan tujuan untuk sampai puncak (apasihh).


Session terpenting! BERNIAGA'in Buaya buntung. Salam2 de el el
gak nyangka bisa kayak gini, ini kita loh gaiss!!


Pulangnya kami gabung dengan tim pahlawan kesiangan dan 1 personil tim OMG yang sempat menghilang. Parahnya, tanya deh Abang2 kece yang nyaksiin neng Vya kece ini berakrobat sirkus, mungkin mereka yang lebih tau bahkan dicatet di jidatnya masing2. Perjalanan jiwa ini jadi berganti judul bukannya mendaki gunung akan tetapi AKROBAT SIRKUS LIVE IN CIKURAY!! 1x terguling, langsung bangun meski ditawarin istirahat sama bang Ojan, 2x jatoh ngagorolong, aku bangkit tanpa rasa sakit (padahalmah emh), 3x tikusruk masih bisa bertahan meski raga ini ringsek, 4x terjun bebas kembali harus mengangkat badan, dan ke 5x nya sleding tekel ragaku tak walakaya, guling-gulingin diari aja deh udah. Insiden seperti itu malah terus berlanjut dengan posisi2 yang boro2 terlihat sexy hufh... tapi diriku tak pantang menyerah untuk menyelesaikan trek hutan ini. Tiba di trek kebun makin parah, tuur ini bergoyang ria, rasa2nya pengen banget menjatuhkan diri disana karena treknya hanya tanah  sempat tertidur, ditemani dua abang penghuni poon lengkeng yang hampir putus asa, sebab itulah si Abah jadi tak bisa berjalan, terus2an ia mengeluh kakinya kram. Bahkan Si Abah sama Bang Apip udah terlalu ngenes bilang rasanya pengen nendang gue hingga ngagorolong biar cepet nyampe bawah karena gak tega tiap langkah dikit2 berentii (jahat banget sih lu bang). Ripay!
Di trek terakhirpun yang lain berlari2 ria menuju lapangt, akumah hanjeeeh pegeeelll liat jalannya juga, pada akhirnya menggulingkan diri ajalahh karena kaki ini sudah tak sanggup berjalan lagi,  Yang lain pada resah disangka gue jatoh pingsan segala macem, yang lebih resah lagi yang minjemin jaket pasti dalam hatinya mencak-mencak "sialan, jaket gue dipake guling2an begitu , mana mahal lagi aduuh kamvret" (tenang A, sama saya dicuci nya juga 3x+pake molto+parfum dari paris :D). Hanya berjalan mundur bisa sedikit lancar timbang jalan normal, kasiksa Gustii. (kata orang sih model beginian adalah tipe orang yg suka flashback, nginget2 masalalu gitu. emang bener sih). Semua insan tertawa girang soalnya gak ada makhluk di rombongan ini yang se-cemong gue, se-muka tuh pasir gak ada yang kelewat, item kucelll jijay sangat memalukan. 
ini beneran nurun loh, lari dan jalan mudur biar jadi trendsetter
Ditengah istirahat terakhir pula tim gabungan kita ikut bermain dengan bocah2 anak bawang di lapang bermain itu. Mengbal, sasapedahan, ucing-ucingan, main enggrang, dsb. Akumah hanya tergeletak di kulkas 2pintunya Bustomi yang sama2 terlarut dalam lelah mengelap wajah sembari menatap nanar kelakuan para siluman korban masa kecil kurang bahagia itu. Sementara satu penghuni pohon lengkeng si Om Abah yang tak bisa berjalan itu hengkang diantar ke basecamp duluan naik ojek. Ngiri gue haah pengen juga, ah tapi genggsi cuy ah udah setrong2 gaya gini masa penakluk jalan terpanjang bandung turun gunung naek ojek, pan gak kece, REPUTASI cuy ah!! Dan pada akhirnya hamba dijemput oleh abdi basecamp cigedug naik motor bersama dengan Ema si cewek jaka sembung yang sukses naik turun gunung dengan prima. (gadein reputasi). Meski waktu beberesih mandi, kor*ng ini mengering dan gede2, item lagi kena pasir yang menyumbat hidung sewaktu akrobat di trek tadi. Sejauh ini kita semua selamat sentosa gaiss, Alhamdulillah.

Ini bukan perjalanan biasa, ini adalah perjalana hati yang merupakan cerminan dari hidup kita.
Semua yang kita rasa selama hidup, bakal dirasain juga selama perjalanan mendaki. Gue ngalamin sendiri.

Thanks semuanya, kawan seperjuangan dengan segala perhatiannya.
Thanks Cikuray dengan berjuta pesonanya.
Thanks penghuni basecamp Tapak Geurot Cigedug beserta jajarannya...
Thanks God telah menghendaki hamba yang tak ubahnya hanya seekor ulat kangkung yang bangga bisa berdiri tegak di daratan tertinggi Garut.

Just remember: Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak!
Buanglah sampah pada tong sampah atau palingg ngga keresekan we atuh!
Atau telen aja sama kamu :D

The End
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Fitria Sri W, diupdate pada tanggal 08-01-2016